Darmogandhul
Pesan Islam dalam Pemahaman Jawa
SALAH
satu karya sastra Jawa Klasik yang hingga hari ini masih menjadi bahan
perbincangan atau bahkan perdebatan adalah Serat Darmogandhul. Karya sastra
klasik yang ditulis oleh Ki Kalamwadi pada tahun 1830 Jawa ini berbentuk puisi
yang sarat dengan ajaran kehidupan berdasarkan tasawuf Islam. Sebagai sebuah suluk
atau ajaran kehidupan berdasar tasawuf Islam, tidak semua orang dengan mudah
memahami serta mencerna pesan-pesan mulia tentang kehidupan di dalamnya.
Pesan-pesan
kehidupan di dalam Darmogandhul ini dituangkan dalam bentuk paparan dialog
antara Ki Kalamwadi (sang penulis) dengan seorang tokoh bernama Darmogandhul.
Darmogandhul adalah seorang murid atau santri yang sedang mempelajari tentang
Islam.
Dalam
dialog-dialog itu Ki Kalamwadi menceritakan tentang kedatangan Islam di Jawa
dan runtuhnya Majapahit. Diceritakan tentang permaisuri Prabu Brawijaya yang
berasal dari Campa, yang selalu membujuk sang Prabu untuk memeluk agama Islam.
Karena kebetulan sang permaisuri yang berasal dari Campa itu beragama Islam.
Bahkan ketika itu kemenakan sang permaisuri, yakni Sayid Rahmat, yang kemudian
dikenal dengan Sunan Bonang, sudah tinggal di Jawa (di wilayah Majapahit).
Islam
semakin berkembang di Majapahit, setelah Sayid Rahmat oleh Prabu Brawijaya
diberi tanah di Tuban. Tak hanya diberi tanah atau wilayah, tapi juga diizinkan
untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah sepanjang pantai utara Jawa. Wilayah
penyebarannya dari Blambangan sampai Banten.
Setelah
itu, salah seorang putera Prabu Brawijaya yang lahir di Palembang bernama Raden Patah dan beragama
Islam, diberi tanah dan kekuasan di wilayah Demak dengan diangkat sebagai
Bupati. Seperti halnya Sayid Rahmat, Raden Patah juga diberi izin atau
kebebasan untuk menyebarkan Islam. Dengan posisi Raden Patah sebagai Bupati di
Demak, syiar Islam pun semakin berkembang di Jawa atau di wilayah Majapahit.
Akan
tetapi persoalan kemudian muncul ketika langkah Sunan Bonang untuk berdakwah
Islam di Kediri ditentang oleh penguasa setempat Ki Buta Locaya. Merasa
ditentang, Sunan Bonang lalu menghancurkan arca kuda berkepala dua yang
terdapat di Desa Bogem, Kediri.
Padahal arca itu merupakan buah karya dari Prabu Jayabaya.
Peristiwa
perusakan itu dilaporkan Patih Gajah Mada kepada Prabu Brawijaya. Sang Prabu
yang semula sudah memberikan kesempatan dan kebebasan Islam dikembangkan di
wilayahnya menjadi murka. Prabu Brawijaya lalu memerintahkan Sunan Bonang dan
pengikutnya (yang beragama Islam) untuk keluar dari wilayah Majapahit, kecuali
Ngampelgading dan Demak. Artinya, pengikut Islam hanya boleh tinggal di wilayah
Ngampelgading dan Demak saja.
Diuraikan
juga di dalam Darmogandhul, kisah runtuhnya Majapahit setelah diserang tentara
Demak. Ketika itu Demak diperintah oleh Raden Patah dibantu para Wali Sanga.
Dalam penyerangan ke Majapahit, Mahapatih Gajah Mada yang terkenal itu tewas,
tentara Majapahit porakporanda, dan Majapahit akhirnya dikuasai Demak. Prabu
Brawijaya kemudian meninggalkan istana dan bersama pembantunya bersembunyi di
suatu wilayah. Kemudian orang-orang Majapahit yang tinggal diperintahkan untuk
memeluk agama Islam.
Dakwah yang Santun
Diuraikan
juga tentang pertemuan Raden Patah dengan neneknya, Nyai Ngampeldenta, di
Ngampeldenta. Sang nenek menyesalkan tindakan Raden Patah sebagai seorang anak
yang telah menyerang kerajaan yang dipimpin ayahnya sendiri. Tindakan itu
dinyatakan sebagai perbuatan yang tidak terpuji dan tak pantas dilakukan oleh
seorang anak kepada ayahnya.
Raden
Patah kemudian menyesali perbuatannya. Ia sangat bersedih. Dan, iapun kemudian
meminta bantuan Sunan Kalijaga untuk mencari ayahnya, Prabu Brawijaya. Bila
bertemu, ayahnya diminta untuk kembali ke Majapahit, memimpin kerajaan itu
lagi. Usaha Sunan Kalijaga berhasil. Prabu Brawijaya ditemukan di Blambangan.
Berkat dakwah yang santun dan rendah hati dari Sunan Kalijaga,Prabu Brawijaya
bersedia pulang ke Majapahit. Sikap kecewa dan sakit hatinya terhadap Islam
bisa terhapus. Bahkan ia sempat menyatakan kesediaannya untuk memeluk Islam
dengan sepenuh hati.
Bila
menyimak karya klasik ini dengan pikiran dan hati yang tersekat-sekat, memang
ada beberapa bagian di dalam Serat Darmogandhul yang terasa mengganjal dan
mengganggu. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan pemahaman Islam yang terbatas
pula.
Tetapi terlepas dari semua
itu, sesungguhnya Serat Darmogandhul sudah memberikan pelajaran kepada kita untuk
ikhlas meminta maaf dan menyesali perbuatan yang dipandang salah. Dengan posisi
apapun, misalnya apakah seorang Raja, penguasa, atau hanya rakyat jelata, untuk
tidak segan-segan meminta maaf dan menyatakan penyesalannya bila merasa
bersalah.
Kemudian
Darmogandhul juga telah memberikan pelajaran tentang bagaimana sesungguhnya
cara berdakwah atau memperkenalkan suatu paham (ajaran) agama ke suatu
masyarakat yang masih merasa asing dengan paham baru tersebut. Murkanya Prabu
Brawijaya karena ada arca yang dirusak, menunjukkan bahwa kekerasan bukanlah
jalan atau cara yang tepat. Tapi kelembutan, kebijaksanaan, dan cara
penyampaian yang tepat, seperti yang dilakukan Sunan Kalijaga kepada Prabu
Brawijaya, sehingga ia tertarik kepada Islam, merupakan langkah yang pantas
dilakukan.
Di
dalam Serat Darmogandhul juga diceritakan tentang penolakan para punakawan
Prabu Brawijaya, Sapdopalon dan Noyogenggong, terhadap Islam, dan kemudian
kekecewaan keduanya kepada Prabu Brawijaya yang tertarik kepada Islam dan tidak
melestarikan agama yang dianut para pendahulunya,yakni Buddha.
Bagian
ini jelas memberikan pelajaran kepada kita untuk senantiasa menghargai
perbedaan pendapat. Di dalam kehidupan, perbedaan pendapat antara satu sama
lainnya adalah sesuatu yang wajar. Dan, bila itu terjadi maka perbedaan itu
haruslah disikapi dengan bijaksana dan hati yang jernih. Karena setiap manusia
bebas berpendapat dan menentukan pilihan hidupnya sendiri.
Demikianlah,
Darmogandhul yang banyak dipersoalkan dan dipandang kontroversial itu
sesungguhnya sarat dengan ajaran-ajaran mulia tentang kehidupan atau
pesan-pesan Islam dalam cara pandang dan pemahaman Jawa. ***
(Sutirman Eka Ardhana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar