Senin, 10 Februari 2014

Kisah Kesetiaan Cinta Seorang Selir (3) Setiap Pagi Memeriksa Air Seni Susuhunan

                        Sri Susuhunan Paku Buwono X dan Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas  (atas)                                                     Raden Ayu Laksminto Rukmi (bawah). (ft: rep)



Kisah Kesetiaan Cinta Seorang Selir (3)
Setiap Pagi Memeriksa Air Seni Susuhunan

BETAPA besar perhatian Sri Susuhunan Paku Buwono X kepada Raden Ayu Laksminto Rukmi. Memperoleh perhatian yang besar seperti itu membuat hatinya benar-benar luluh. Baginya, tidak ada pilihan lain kecuali membalas kebaikan dan perhatian Sri Susuhunan yang besar itu dengan cinta dan pengabdian. Ia pun bertekad untuk menyerahkan cinta dan pengabdiannya dengan sepenuh jiwa kepada raja penguasa Keraton Surakarta yang menjadi suami sekaligus rajanya itu.
Cinta dan pengabdiannya antaralain ditunjukkannya dengan memberikan perhatian terhadap segala sesuatu yang dilakukan Sri Susuhunan dalam kesehariannya. Setiap pagi misalnya, ketika Susuhunan mandi, ia senantiasa menunggui di dekat kamar mandi. Setelah Susuhunan selesai mandi, ia pun bergegas masuk ke kamar mandi untuk memeriksa air seni sang raja. Tidak hanya air seni, tinja Susuhunan pun diperiksanya. Hal itu dilakukannya demi untuk mengetahui sejauhmana kesehatan Susuhunan. Andaikata ditemukan hal-hal yang mencurigakan pada air seni dan tinja Susuhunan, maka ia pun segera melaporkannya ke dokter.
Ketika Susuhunan dan sang permaisuri makan, bersama para selir atau garwo ampil lainnya, ia senantiasa  setia menunggui dengan duduk bersimpuh di lantai. Para garwo ampil memang punya tugas menunggui Susuhunan dan Permaisuri makan. Susuhunan punya kebiasaan makan malam pada pukul 02.00 dini hari. Untuk menunggui Susuhunan malam dini hari itu, para garwo ampil melakukannya secara bergantian.
Perhatian Sri Susuhunan kepada Raden Ayu Laksminto Rukmi memang tampak lebih bila dibandingkan perhatian kepada garwo ampil yang lain. Menjelang tidur misalnya, Susuhunan sering memanggilnya hanya untuk memilih buah-buahan yang disukainya. Dan, bila ada acara pesta di Keraton, ia pun sering mendapat kiriman buah-buahan serta makanan dari Susuhunan.
Raden Ayu Laksminto Rukmi memang termasuk selir atau garwo ampil yang pintar dalam menarik hati dan perhatian Susuhunan. Ia tahu persis jenis-jenis makanan kesukaaan maupun yang dihindari Susuhunan. Makanan-makanan kesukaan Susuhunan itu antara lain ubi bakar, telur rebus disertai mrica dan pala. Susuhunan juga suka makanan berkaldu. Untuk makanan berkaldu itu ia membuatnya sendiri dari ayam, burung dara atau burung sriti. Susuhunan sangat menghindari minuman kopi, susu dan anggur, serta makanan bermentega.

Hadiah untuk Susuhunan
Satu hal lagi yang barangkali jarang diperhatikan oleh garwo ampil lainnya adalah memberikan perhatian secara khusus ketika Susuhunan berulangtahun. Hari ulang tahun Susuhunan merupakan saat yang benar-benar mendapat perhatian khusus dari Raden Ayu Laksminto Rukmi. Saat ulang tahun itu tiba, ia memberikan hadiah ulang tahun kepada Susuhunan berupa kain batik karyanya sendiri. Batik itu dibuatnya selama beberapa bulan.
Betapa bahagia dan terharunya hati Raden Ayu Laksminto Rukmi ketika Sri Susuhunan menerima hadiah ulangtahun darinya dengan penuh sukacita. Susuhunan tanpa basa-basi mengucapkan terimakasih atas pemberian hadiah ulangtahun itu dan memuji kepandaiannya dalam membuat kain batik. Bagi Raden Ayu Laksminto Rukmi ucapan terimakasih dan pujian dari Susuhunan itu merupakan sesuatu penghormatan yang tak ternilai harganya.
Sang Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas, secara diam-diam telah mengagumi dan memuji sikap pengabdian Raden Ayu Laksminto Rukmi kepada Susuhunan. Jalinan hubungan yang lebih dekat pun kemudian terjalin antara Ratu Hemas dengannya. Tak jarang Ratu Hemas menghadiahinya baju-baju, bahkan membuatkan baju secara khusus untuknya. Ratu Hemas pun selalu mengiriminya bunga-bunga indah yang dipergunakan untuk hiasan di sanggul. 
Bukan hanya itu. Bila Susuhunan tidak bisa tidur pada malam hari, Permaisuri Ratu Hemas mengutus seseorang memanggilnya untuk datang ke kamar Susuhunan dan Permaisuri. Raden Ayu Laksminto Rukmi tahu betul apa saja yang harus dilakukannya bila Susuhunan gelisah dan tidak bisa tidur seperti itu. Diambilnya tangan Susuhunan lalu diletakkannya di atas lengannya. Atau kadangkala dibelai dan dielus-elusnya lutut Susuhunan. Bila diperlakukan seperti ini, biasanya kegelisahan Susuhunan reda, dan ia pun kemudian terlelap.
Kamar tempat tinggal Raden Ayu Laksminto Rukmi disebut Banoncinawi. Kamar itu sangat dekat dengan ruang tidur atau ruang peraduan Sri Susuhunan Paku Buwono X dengan Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas, hanya berbatas satu pintu saja. Tentunya, dipilihnya Raden Ayu Laksminto menempati Banoncinawi itu bukanlah tanpa  alasan. Tapi, semuanya itu hanya Susuhunan yang tahu alasannya.
Pintu yang menghubungkan ruang Susuhunan dengan kamar Banoncinawi itu pun kesannya tersamar. Kesan sekilas bagaikan sebuah lemari. Orang awam tidak akan tahu bila yang berwujud lemari itu sesungguhnya sebuah pintu yang menuju ke kamar Raden Ayu Laksminto Rukmi.
Lewat pintu itulah ia masuk ke ruang peraduan Susuhunan, bila malam hari Susuhunan gelisah tak bisa tidur. Dan, bila Susuhunan sudah terlelap tidur, pelan-pelan ditutupnya kain kelambu. Kemudian ditinggalkannya sang Raja terbaring lelap disamping sang Permaisuri, dan lewat ‘pintu khusus’ itu ia kembali ke kamarnya.
                                                                                           (Sutirman Eka Ardhana)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar