Minggu, 21 Desember 2014

KISI-KISI UAS SINEMATOGRAFI - 2014



               KISI-KISI UAS SINEMATOGRAFI - 2014

                  1. Film cerita mempunyai berbagai jenis atau genre. Genre diartikan sebagai jenis film yang ditandai oleh gaya, bentuk atau isi tertentu.
Jenis-jenis film tersebut ada yang disebut jenis film drama, film horror, film perang, film musical, film koboi, film sejarah, film komedi, dan film fiksi ilmiah. Meskipun begitu penggolongan jenis film tidaklah kaku atau ketat. Sebab sebuah film dapat saja dimasukkan ke dalam beberapa jenis.
2.. Film dokumenter adalah film noncerita yang selain mempunyai unsur fakta tetapi juga mengandung unsur subyektifitas pembuatnya. Subyektifitas di dalam film dokumenter merupakan pendapat, pandangan, sikap atau opini terhadap peristiwa yang direkam.
Dengan demikian peran pembuatnya (produser/sutradara) memiliki arti penting bagi keberadaan serta keberhasilan proses pembuatan film dokumenter. Dalam film dokumenter, faktor manusia (pembuat) mempunyai peran yang besar dan penting. Sebab persepsi tentang suatu kenyataan atau realitas yang ada sangat bergantung pada pembuatnya.
3. Film Pareh dinyatakan sebagai film Indonesia pertama yang mendapat perhatian luas dan dipuji dari segi kualitas dan ceritanya, sedang film Terang Boelan yang diproduksi tahun 1937 merupakan film pertama yang terlaris dan sukses secara bisnis di pasaran. Film ini mendapat sambutan hangat masyarakat pecinta hiburan film ketika itu.
4. Sejarah perjalanan pembuatan film cerita di Hindia Belanda diawali dengan diproduksinya sebuah film berjudul “Loetoeng Kasaroeng”. Jika sejarah kelahiran bioskop diawali di Batavia, maka sejarah kelahiran film cerita di negeri kita diawali di kota Bandung pada tahun 1926. Film cerita bisu pertama produksi Java Film Company yang mengangkat tentang legenda di bumi Priangan itu merupakan karya bersama seorang Belanda bernama L. Heuveldorp dan seorang Jerman bernama G. Kruger.
5.      Film merupakan hasil karya bersama atau hasil kerja kolektif. Dengan kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja sejumlah unsur atau profesi. Unsur-unsur yang dominan di dalam proses pembuatan film antaralain: produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera (kameramen), penata artistik, penata musik, editor, pengisi dan penata suara, aktor-aktris (bintang film), dan lain-lain.
6.      Sutradara merupakan pihak atau orang yang paling bertanggungjawab terhadap proses pembuatan film di luar hal-hal yang berkaitan dengan dana dan properti lainnya. Karena itu biasanya sutradara menempati posisi sebagai ‘orang penting kedua’ di dalam suatu tim kerja produksi film.
Di dalam proses pembuatan film, sutradara bertugas mengarahkan seluruh alur dan proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah scenario ke dalam aktivitas produksi. Sutradara bertanggungjawab menggerakkan semua unsur pekerja (tim kerja) yang terlibat di dalam proses produksi film. Oleh karenanya, berhasil atau tidaknya, bagus atau tidaknya suatu karya film yang diproduksi berada di tangan sang sutradara.
Di dalam tim kerja produksi film, sutradara memimpin Departemen Penyutradaraan.
7.      Film mempunyai tiga nilai penting ketika dihadirkan sebagai ‘tontonan’ ke publik atau masyarakat luas. Ketiga nilai itu adalah nilai hiburan, nilai pendidikan dan nilai artistik. Hampir semua film dalam beberapa hal bermaksud untuk menghibur, mendidik dan menawarkan rasa keindahan kepada publik yang menontonnya. Film yang baik tentunya film yang memiliki ketiga nilai penting tersebut. Seandainya ada film yang hanya menampilkan nilai menghibur semata, tapi mengabaikan nilai mendidik dan nilai artistiknya, tentunya film tersebut tidak layak disebut sebagai film yang baik.
8. Nilai hiburan (menghibur) sangat penting. Suatu film bisa dikategorikan sebagai film yang gagal atau tidak berhasil bila sejak awal hingga akhir tayangannya tidak mampu mengikat atau menarik perhatian penonton.
Nilai menghibur suatu film tidak hanya sekadar membuat orang bahagia, senang, tertawa, tegang, bahkan bergairah dalam menikmati sensasi gambar atau adegan demi adegan di dalam film tersebut. Sebab, sesungguhnya hiburan yang lebih dalam tertuju kepada pikiran maupun emosi penontonnya. Film dengan hiburan seperti itu biasanya memberikan semacam renungan kepada penonton.
9. PROSES pembuatan film memiliki tiga tahapan penting. Ketiga tahapan penting itu meliputi – praproduksi, produksi dan pascaproduksi.
Di dalam tahapan pra-produksi ada proses pembuatan atau penyiapan script breakdown.
Script breakdown merupakan uraian tiap adegan sesuai naskah skenario. Uraian tiap adegan itu dilengkapi sejumlah informasi yang diperlukan dalam syuting (shooting).
Uraian-uraian dan informasi-informasi itu ditulis atau disusun pada lembaran-lembaran kertas yang disebut script breakdown sheet.
Script breakdown sheet memuat sejumlah informasi yang meliputi – date, script version date, production company, breakdown page no, title/no of episodes, page count, location or set, scene no, int/ext, day/night, description, cast, wardrobe, extras/atmosphere, make up/hair do, extras/silent bits, stunts/stand ins, vehicles/animals, props-set dressing-greenery, sound effects/music, security/teachers, special effects, estimated no. of set ups, estimated production time, special equipment, production notes.
10. Tahapan produksi dalam proses pembuatan film merupakan tahapan yang diisi dengan kegiatan-kegiatan syuting (shooting) atau proses pengambilan (perekaman) gambar adegan demi adegan sesuai skenario film. Aktivitas di dalam tahapan produksi ini merupakan tanggungjawab Departemen Penyutradaraan.
Sebelum kegiatan syuting dilakukan, haruslah terlebih dulu ditetapkan tentang dialog, perlunya musik, dan efek suara. Ketiga hal ini merupakan hal penting bagi tata suara film.
Dan, dialog di dalam cerita film haruslah direkam. Proses perekaman dialog dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, rekaman langsung (direct sound). Kedua, rekaman tidak langsung (after recording).
Rekaman langsung adalah rekaman langsung pada saat syuting dilakukan. Dialog-dialog para pemainnya saat memainkan perannya di dalam syuting film tersebut direkam secara langsung.
Rekaman tidak langsung adalah proses perekaman suara atau dialog yang dilakukan di dalam studio. Jadi, dialog-dialog para pemain yang diucapkan saat syuting tidak direkam, karena suara atau dialog-dialog itu nantinya tidak akan digunakan di dalam film. Suara atau dialog yang digunakan adalah yang direkam di studio.
Biasanya suara yang direkam adalah suara pengisi suara.
                                                                                            (SEA)

KISI-KISI UAS FOTOGRAFI JURNALISTIK 2014



                  KISI-KISI UAS FOTOGRAFI JURNALISTIK 2014

1.      Di dalam kerja jurnalistik dikenal ada enam sifat foto jurnalistik (foto berita). Keenam sifat yang dimiliki foto jurnalistik itu, meliputi: mudah dibuat, akurat, universal, visual, kompak dan selalu aktual.

2.      Mudah dibuat – Teknologi fotografi yang terus berkembang dari masa ke masa, membuat proses pembuatan foto menjadi sesuatu yang mudah. Terlebih dengan teknologi digital, sebuah karya foto sekarang sudah bisa dibuat hanya dalam hitungan menit.

Akurat – Dalam bentuk aslinya (bukan rekayasa), foto selalu akurat, dan tidak bisa berbohong. Selembar foto merekam suatu peristiwa secara apa adanya.

Universal – Bahasa foto adalah bahasa yang universal. Bahasa yang bisa diterima dan dipahami oleh manusia di belahan dunia mana pun. Secara visual, selembar foto akan menginformasikan suatu berita atau peristiwa, dengan bahasa yang akan dimengerti oleh bangsa atau etnis apa pun.

Visual – Bahasa foto adalah bahasa visual. Bahasa visual, bahasa yang bisa dimengerti dan dipahami oleh siapa pun. Artinya, bahasa visual yang disampaikan selembar foto akan bisa ‘dibaca’, dimengerti dan dipahami oleh orang yang bisa membaca sampai ke orang yang tidak bisa membaca sekali pun.

Kompak – Ketika suatu peristiwa terekam di dalam berbagai lembar foto secara berurutan, urutan foto-foto itu tetap menyampaikan informasinya secara kompak. Informasi yang disampaikan foto-foto secara berurutan itu akan semakin memperjelas pengertian dan pemahaman orang yang melihatnya. Karena informasi itu hadir secara kompak, berurutan dan teratur.

Selalu aktual – Foto memiliki nilai informasi yang selalu aktual. Artinya, nilai informasi dan daya pesona yang dimiliki selembar foto akan senantiasa aktual atau ‘baru’ sampai kapan pun. Berbeda dengan nilai informasi dan daya pesona suatu berita (berita tulis) yang memiliki batas waktu tertentu, nilai informasi dan daya pesona foto memiliki batas waktu yang panjang.

3.      Di dalam kerja jurnalistik selama ini, dikenal ada tujuh jenis atau ragam foto jurnalistik. Ketujuh jenis foto jurnalistik itu meliputi: foto berita (spot news), foto human interest, foto essay,  foto cerita, foto humor, foto feature, dan foto olahraga.

4.      Foto berita (spot news) – Foto berita adalah suatu foto yang menyajikan atau menyampaikan informasi mengenai satu peristiwa yang berdiri sendiri. Misalnya, foto tentang tabrakan di jalan rata atau kecelakaan lalulintas, dengan cepat dipahami bahwa telah terjadi suatu peristiwa tabrakan atau kecelakaan. Informasinya akan menjadi lebih jelas dengan tambahan keterangan pada keterangan gambarnya.

5.   Foto human interest adalah foto yang menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan daya tarik manusiawi, atau foto yang berbicara tentang masalah-masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan. Foto human interest adalah foto yang mampu menggugah emosi kemanusiaan kita yang melihatnya.
Foto human interest memiliki daya tarik yang berbeda dengan foto-foto jurnalistik
lainnya.
Daya tariknya meliputi:
1.      Mampu bercerita mengenai keadaan manusia, dengan pesonanya.
2.      Mampu bercerita atau berkisah banyak dibanding berlembar-lembar
      halaman tulisan.
3.       Mampu menggugah emosi atau memiliki kemampuan untuk
4.       mempengaruhi perasaan dan pikiran (mampu mengembangkan imajinasi).

5.      Foto cerita – Foto cerita memiliki kesamaan dengan foto essay. Hanya bedanya, foto cerita yang hadir secara berangkai, tidak menghadirkan suatu informasi yang harus dibahas, dianalisa, dikaji atau diperdebatkan oleh pembaca yang melihatnya. Foto cerita hanya menyampaikan informasi secara apa adanya. Dan, foto cerita harus selalu faktual.

6.      Foto feature – Foto feature adalah foto tunggal yang tidak sekadar memiliki nilai informasi, tapi juga menyampaikan suatu gagasan berharga pada orang yang melihatnya.  Sekalipun hadir tunggal, foto feature bisa menghadirkan beragam penafsiran. Misalnya, foto tentang seseorang yang baru bebas dari menjalani hukuman di LP. Ekspresi orang yang baru bebas dari LP itu bisa dijadikan foto feature yang menarik.

7.      KOMPOSISI adalah penempatan posisi objek pada bidang pemotretan, sehingga menjadi pusat perhatian. Dengan demikian, komposisi menuntun mata kita menuju titik perhatian yang menyatukan objek foto secara keseluruhan.
•    KOMPOSISI secara sederhana dapat diartikan sebagai cara menata elemen-elemen atau unsur-unsur dalam gambar. Elemen-elemen itu meliputi sudut pemotretan, sepertiga bagian, pola, garis, warna, bingkai, latar belakang, dan latar depan.

8.      Sepertiga bagian merupakan salah satu unsur dalam komposisi.
Dalam fotografi, suatu bidang di dalam pandangan kamera dibagi menjadi sembilan bagian yang sama. Komposisi yang baik adalah bila objek ditempatkan pada duapertiga bagian bidang tersebut. Sedang sepertiga bidang lainnya dikosongkan.

9.      Garis juga merupakan salah satu unsur komposisi.
Dalam pemotretan di luar ruangan (alam bebas), garis menjadi pusat perhatian objek foto. Objek pemotretan yang bisa digunakan sebagai elemen garis antara lain pagar, pohon, garis atap rumah, jalanan dan lain-lainnya.
Elemen garis pada komposisi, sebaiknya diletakkan pada sepertiga bagian bidang pemotretan. Dan, elemen garis dapat membuat keseluruhan komposisi menjadi lebih dinamis, seimbang atau mendukung objek foto.

10.  Warna juga merupakan salah satu unsur komposisi.
Warna merupakan kekuatan foto. Melalui warna, mata akan mudah menangkap sesuatu pesan yang disampaikan oleh foto itu. Warna juga menciptakan kesan tertentu.
Warna cerah atau terang, seperti merah dan kuning, akan menarik perhatian orang dan memberikan kesan kegembiraan, semangat dan keberanian. Warna putih mengesankan kelembutan, kesucian dan kasih sayang. Warna-warna muda seperti pink, biru muda dan toska, memberikan kesan kelembutan dan ketenangan.
Untuk menjadi kekuatan foto, maka rencanakan perpaduan warna seluruh unsur-unsur pemotretan, baik objek maupun latar belakang atau latar depan, khususnya dalam pemotretan profil, busana (fashion), properti dan latar belakang.  

                                                               (SEA)