di Indonesia, pada tahun 1928 (ft: aerodacious. com)
Saat-saat Bersejarah Dunia Penerbangan di
Indonesia
Kecelakaan
Pesawat Terbang
Pertama, 19
Februari 1913
TANGGAL
19 Februari 1913 sebenarnya merupakan hari bersejarah bagi sejarah penerbangan
di Indonesia,
karena pada tanggal tersebut di tanah air kita dilakukan penerbangan pesawat
terbang yang pertama.
Penerbangan
pesawat terbang yang pertama itu dilakukan oleh seorang penerbang bangsa
Belanda , JWER Hilgers, di Surabaya. Pesawat yang digunakan Hilgers pada hari
bersejarah itu adalah pesawat terbang Fokker. Namun perlu pula dicatat, selain
sebagai orang yang melakukan penerbangan pertama di Indonesia, Hilgers juga tercatat
merupakan penerbang pertama yang mengalami kecelakaan udara.
Setelah sempat
membuat kekaguman warga kota Surabaya dan sekitarnya, pesawat Fokker yang
dikemudikan Hilgers tiba-tiba mengalami kecelakaan dan kemudian jatuh di di
kampung Baliwerti. Untung, Hilgers sendiri luput dari maut, kecuali hanya
mengalami cidera kecil.
Penerbangan
Holgers tersebut layak dicatat sebagai awal mula kebangkitan dunia penerbangan
udara di Indonesia. Karena pada tahun 1914 Angkatan Darat Hindia Belanda
mendirikan Proet Vlieg Afdeling (PVA)
atau Bagian Penerbangan Percobaan.
Empatbelas
tahun kemudian, tepatnya 1 November 1928, dunia penerbangan di tanah air kita
mencatat perkembangan baru dengan berdirinya perusahaan penerbangan KNILM yang
merupakan kerja sama antara Deli Maatschappy, Nederlandse Handel Maatschappy, KLM dan Nederland.
Pada hari itu
juga dimulailah perhubungan udara dari Jakarta
ke Semarang dan Jakarta
ke Bandung
dengan sekali terbang dalam sehari. Pesawat terbang yang digunakan waktu itu
Fokker F-7.
Dan, pada masa
kemerdekaan, seiring diproklamasikannya Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945
oleh Soekarno-Hatta, negara kita mulai membangun suatu kekuatan di udara dengan
memperkokoh dan menongkatkan perkembangan dunia penerbangan yang telah ada.
Kemudian, pada
9 April 1946, Presiden Soekarno menetapkan berdirinya Angkatan Udara Republik
Indonesia (AURI). Sejak pembentukan AURI ini, pembangunan penerbangan nasional
di ranah air terus mengalami peningkatan tahap demi tahap, meskipun dengan
peralatan dan kemampuan yang terbatas.
Pekan Penerbangan
Semenjak itu
AURI giat membangun diri demi menciptakan suatu pertahanan udara yang mantap.
Disamping itu upaya mengenalkan diri kepada masyarakat luas terus dilakukan
dengan berbagai upaya, agar rakyat Indonesia benar-benar mengetahui
meski baru setahun merdeka, tapi kemampuan AURI dan penerbang-penerbangnya
sudah bisa dibanggakan.
Dalam
rangkaian memperkenalkan kemampuan penerbangan yang ada saat itu, pada
peringatan satu tahun Proklamasi Kemerdekaan
RI, di Yogyakarta dilangsungkan
Pekan Penerbangan yang pertama.
Pekan
penerbangan yang pertama kali dilaksanakan setelah kemerdekaan itu berlangsung
selama dua hari, tepatnya dari tanggal 22 hingga 24 Agustus 1946 di Lapangan
Terbang Maguwo (sekarang Bandara Adisutjipto).
Dalam Pekan
Penerbangan tersebut, selain masyarakat luas dapat menyaksikan secara bebas
pesawat-pesawat terbang yang punya sejarah dan peran penting dalam perjuangan
bangsa itu dari dekat, kepada umum diberi pula kesempatan untuk ikut terbang.
Dibukanya
kesempatan kepada umum untuk ikut terbang keliling kota Yogya itu ternyata telah mendapat
sambutan yang meluap dari warga masyarakat. Akibatnya, peminat yang ingin ikut
dalam terbang keliling itu sangat besar jumlahnya. Karena tidak mungkin semua
mereka yang berminat dibawa terbang keliling, akhirnya pihak penyelenggara
mengambil kebijaksanaan dengan melakukan pengundian terhadap mereka yang
berminat tersebut.
Tentu saja
banyak warga masyarakat yang kecewa, karena tidak berhasil meraih undian
menjadi peserta terbang keliling kota
secara gratis itu. Namun pun begitu, mereka cukup terhibur juga dengan adanya
acara itu sendiri di samping menyaksikan kegiatan-kegiatan lainnya selama Pekan
Penerbangan berlangsung.
Pekan
Penerbangan yang pertama di Yogyakarta itu
sebelumnya sudah diawali dengan acara steleng
penerbangan. Acara steleng penerbangan ini juga merupakan yang pertama
dilakukan waktu itu dengan tempatnya tetap di Yogyakarta.
Kegiatan steleng penerbangan itu berlangsung dua hari, 17 dan 18 Agustus 1946.
Beberapa bulan
kemudian, tepatnya permualaan tahun 1947, di Yogyakarta diselenggarakan kembali
Pekan Penerbangan. Pekan Penerbangan yang kedua ini jauh lebih meriah dan
semarak dibandingkan dengan Pekan Penerbangan pertama.
Pada Pekan
Penerbangan kedua tidak kurang dari 5000 orang murid sekolah memadati Lapangan
Terbang Maguwo. Anak-anak sekolah ini tidak saja datang dari dalam kota Yogya, tapi juga
berdatangan dari kota-kota di luar Yogya. Mereka yang datang dari kota-kota di
luar Yogya datang dengan menumpangi kereta api secara gratis.
Dalam Pekan
Penerbangan yang kedua, selain diadakan acara ikut terbang keliling, juga
diselenggarakan demonstrasi terbang formasi dan aerobatik. Tercatat 27 pesawat
terbang yang ada waktu itu ikut ambil bagian dalam Pekan Penerbangan yang
semarak tersebut. Bahkan tercatat pula, sebuah pesawat Dakota dari Filipina
turut berpartisipasi memeriahkannya.
Pada bulan
Agustus 1948, acara yang sama berlangsung lagi di Yogyakarta.
Acara tersebut juga dimaksudkan sebagai merayakan tiga tahun Proklamasi Kemerdekaan RI.
Kegiatannya
diawali dengan steleng penerbangan (semacam pameran) selama seminggu, 17 hingga
22 Agustus 1948. Kegiatan yang berlangsung di “Balai Prajurit” Yogyakarta tersebut berlangsung meriah dan menunjukkan
keberhasilan pembangunan AURI. Steleng Penerbangan di “Balai Prajurit” itu
dibuka oleh Ibu Negara, Fatmawati Soekarno (isteri Presiden Soekarno).
Dalam
kesempatan itu selain hadir Presiden Soekarno, Wapres Moh. Hatta dan Pangsar
Jenderal Sudirman, juga hadir Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan
Laut, di samping tentunya hadir Kepala Staf Angkatan Udara. Bahkan terlihat
hadir pula, peninjau-peninjau militer dari UNCI. Pada Steleng Penerbangan tahun
1948 ini AURI bahkan menampilkan kebolehannya membuat sebuah pesawat peluncur
dan pesawat sport.
Selain itu
pada tanggal 22 hingga 23 Agustus 1948 diadakan pula peringatan Hari
Penerbangan di Lapangan Terbang Maguwo. Dalam acara ini, selain dimeriahkan
demonstrasi penerbangan juga terjun payung serta memberikan kesempatan ikut
terbang kepada umum. Acara ini disaksikan langsung oleh Bung Karno, Bung Hatta,
Jenderal Sudirman, peninjau-peninjau UNCI dan sementara pejabat lainnya.
Bulan Agustus
1946 memang dapat dicatat sebagai saat bersejarah dan sekaligus membanggakan,
karena pada bulan tersebutlah telah dilaksanakan Pekan Penerbangan pertama di Indonesia.
Namun sebulan
kemudian, tepatnya pada bulan September 1946 terjadi malapetaka dan bencana
yang menyedihkan bagi kebangkitan dunia penerbangan dan Angkatan Udara kita.
Pada bulan
September 1946 itu, sebuah pesawat pengintai Tatjikawa 98 “Tjukiu”
mengalami kecelakaan di atas Yogyakarta dan kemudian jatuh terbakar persis di kampung
Gowongan Lor. Dalam kecelakaan pesawat terbang itu telah gugur Opsir Penerbang
Husen Sastranegara dan Sersan Rukidi.
Seminggu
setelah bencana di Yogyakarta, lagi sebuah
pesawat Tatjikawa 98 “Tjukiu” jatuh terbakar di Ambarawa. Dua penumpangnya
Opsir Penerbang Wim Prajitno dan Kadet Sunharto gugur sebagai kusuma
bangsa. Eka
-
(Sumber bacaan:
Buku Sejarah Penerbangan, R.J
Salatun, Penerbit Kebangsaan Pustaka Rakyat NV, Jakarta, 1950)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar