Kisah
Kesetiaan Cinta Seorang Selir (3)
Setiap Pagi
Memeriksa Air Seni Susuhunan
BETAPA besar
perhatian Sri Susuhunan Paku Buwono X kepada Raden Ayu Laksminto Rukmi.
Memperoleh perhatian yang besar seperti itu membuat hatinya benar-benar luluh.
Baginya, tidak ada pilihan lain kecuali membalas kebaikan dan perhatian Sri
Susuhunan yang besar itu dengan cinta dan pengabdian. Ia pun bertekad untuk
menyerahkan cinta dan pengabdiannya dengan sepenuh jiwa kepada raja penguasa
Keraton Surakarta yang menjadi suami sekaligus rajanya itu.
Cinta dan
pengabdiannya antaralain ditunjukkannya dengan memberikan perhatian terhadap
segala sesuatu yang dilakukan Sri Susuhunan dalam kesehariannya. Setiap pagi
misalnya, ketika Susuhunan mandi, ia senantiasa menunggui di dekat kamar mandi.
Setelah Susuhunan selesai mandi, ia pun bergegas masuk ke kamar mandi untuk
memeriksa air seni sang raja. Tidak hanya air seni, tinja Susuhunan pun
diperiksanya. Hal itu dilakukannya demi untuk mengetahui sejauhmana kesehatan
Susuhunan. Andaikata ditemukan hal-hal yang mencurigakan pada air seni dan
tinja Susuhunan, maka ia pun segera melaporkannya ke dokter.
Ketika
Susuhunan dan sang permaisuri makan, bersama para selir atau garwo ampil
lainnya, ia senantiasa setia menunggui
dengan duduk bersimpuh di lantai. Para garwo ampil memang punya tugas menunggui
Susuhunan dan Permaisuri makan. Susuhunan punya kebiasaan makan malam pada
pukul 02.00 dini hari. Untuk menunggui Susuhunan malam dini hari itu, para
garwo ampil melakukannya secara bergantian.
Perhatian Sri Susuhunan kepada
Raden Ayu Laksminto Rukmi memang tampak lebih bila dibandingkan perhatian
kepada garwo ampil yang lain.
Menjelang tidur misalnya, Susuhunan sering memanggilnya hanya untuk memilih
buah-buahan yang disukainya. Dan, bila ada acara pesta di Keraton, ia
pun sering mendapat kiriman buah-buahan serta makanan dari Susuhunan.
Raden Ayu
Laksminto Rukmi memang termasuk selir atau garwo
ampil yang pintar dalam menarik hati dan perhatian Susuhunan. Ia tahu
persis jenis-jenis makanan kesukaaan maupun yang dihindari Susuhunan.
Makanan-makanan kesukaan Susuhunan itu antara lain ubi bakar, telur rebus
disertai mrica dan pala. Susuhunan juga suka makanan berkaldu. Untuk makanan
berkaldu itu ia membuatnya sendiri dari ayam, burung dara atau burung sriti.
Susuhunan sangat menghindari minuman kopi, susu dan anggur, serta makanan
bermentega.
Hadiah untuk Susuhunan
Satu hal lagi
yang barangkali jarang diperhatikan oleh garwo
ampil lainnya adalah memberikan perhatian secara khusus ketika Susuhunan
berulangtahun. Hari ulang tahun Susuhunan merupakan saat yang benar-benar
mendapat perhatian khusus dari Raden Ayu Laksminto Rukmi. Saat ulang tahun itu
tiba, ia memberikan hadiah ulang tahun kepada Susuhunan berupa kain batik
karyanya sendiri. Batik itu dibuatnya selama beberapa bulan.
Betapa bahagia
dan terharunya hati Raden Ayu Laksminto Rukmi ketika Sri Susuhunan menerima
hadiah ulangtahun darinya dengan penuh sukacita. Susuhunan tanpa basa-basi
mengucapkan terimakasih atas pemberian hadiah ulangtahun itu dan memuji
kepandaiannya dalam membuat kain batik. Bagi Raden Ayu Laksminto Rukmi ucapan
terimakasih dan pujian dari Susuhunan itu merupakan sesuatu penghormatan yang
tak ternilai harganya.
Sang
Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas, secara diam-diam telah mengagumi dan
memuji sikap pengabdian Raden Ayu Laksminto Rukmi kepada Susuhunan. Jalinan
hubungan yang lebih dekat pun kemudian terjalin antara Ratu Hemas dengannya.
Tak jarang Ratu Hemas menghadiahinya baju-baju, bahkan membuatkan baju secara
khusus untuknya. Ratu Hemas pun selalu mengiriminya bunga-bunga indah yang
dipergunakan untuk hiasan di sanggul.
Bukan hanya
itu. Bila Susuhunan tidak bisa tidur pada malam hari, Permaisuri Ratu Hemas
mengutus seseorang memanggilnya untuk datang ke kamar Susuhunan dan Permaisuri.
Raden Ayu Laksminto Rukmi tahu betul apa saja yang harus dilakukannya bila
Susuhunan gelisah dan tidak bisa tidur seperti itu. Diambilnya tangan Susuhunan
lalu diletakkannya di atas lengannya. Atau kadangkala dibelai dan
dielus-elusnya lutut Susuhunan. Bila diperlakukan seperti ini, biasanya
kegelisahan Susuhunan reda, dan ia pun kemudian terlelap.
Kamar tempat tinggal Raden Ayu
Laksminto Rukmi disebut Banoncinawi. Kamar itu sangat dekat dengan ruang tidur
atau ruang peraduan Sri Susuhunan Paku Buwono X dengan Permaisuri Gusti Kanjeng
Ratu Hemas, hanya berbatas satu pintu saja. Tentunya, dipilihnya Raden Ayu
Laksminto menempati Banoncinawi itu bukanlah tanpa alasan. Tapi, semuanya itu hanya Susuhunan
yang tahu alasannya.
Pintu yang
menghubungkan ruang Susuhunan dengan kamar Banoncinawi itu pun kesannya
tersamar. Kesan sekilas bagaikan sebuah lemari. Orang awam tidak akan tahu bila
yang berwujud lemari itu sesungguhnya sebuah pintu yang menuju ke kamar Raden
Ayu Laksminto Rukmi.
Lewat pintu itulah ia masuk ke
ruang peraduan Susuhunan, bila malam hari Susuhunan gelisah tak bisa tidur.
Dan, bila Susuhunan sudah terlelap tidur, pelan-pelan ditutupnya kain kelambu.
Kemudian ditinggalkannya sang Raja terbaring lelap disamping sang Permaisuri,
dan lewat ‘pintu khusus’ itu ia kembali ke kamarnya.
(Sutirman Eka Ardhana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar