RAy Laksminto Rukmi(ft: rep)
Kisah Kesetiaan Cinta Seorang
Selir (4)
Kandungannya
Menghilang di Usia 9 Bulan
KEDEKATAN RAy
Laksminto Rukmi dengan Susuhunan menjadi lebih dekat lagi, ketika ia kemudian
ditunjuk menjadi perias sang Raja, mengganti Pangeran Pati yang meninggal
dunia. Dengan menjadi perias Raja, maka praktis setiap hari ia selalu
berdekatan dengan Susuhunan. Setiap pagi, setelah Susuhunan selesai mandi, ia
pun segera menyisiri dan menata rambut Susuhunan serapi mungkin. Setelah itu ia
pun membantu Susuhunan mengenakan pakaian, baik ketika mengenakan pakaian biasa
maupun saat mengenakan pakaian kebesaran raja. Ia benar-benar diberi tugas dan
tanggungjawab untuk merapikan penampilan Susuhunan dalam kesehariannya. Tidak
hanya merapikan rambut, tapi juga mencukur kumis dan alis Susuhunan.
Susuhunan
merasa cocok dan senang sekali dengan semua yang dikerjakan RAy Laksminto
Rukmi. Kata-kata manis dan pujian berulangkali diberikan Susuhunan kepadanya.
Bagi para
garwo ampil atau selir, kehamilan adalah saat-saat yang paling ditunggu.
Mengandung bayi dari seorang raja yang dihormati, adalah suatu kehormatan dan
anugerah yang tak ternilai. Kegembiraan dan saat-saat membahagiakan seperti itu
datang pada diri RAy Laksminto Rukmi. Ia hamil. Wajah Susuhunan berseri-seri,
ketika kabar kehamilan itu disampaikan kepadanya. Susuhunan benar-benar tampak
gembira dan bahagia.
Kebetulan dari
permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Susuhunan belum mendapatkan seorang putera
mahkota. Diam-diam Raden Ayu Laksminto berharap, agar bayi dalam kandungannya
adalah lelaki. Maka segala persiapan telah dilakukannya untuk menyambut
kehadiran sang bayi, yang anak seorang raja, dari dalam kandungannya, Kamarnya
sudah dipenuhin beragam perlengkapan bayi, dari tempat tidur mungil dan indah,
baju-baju cantik dan seperangkat mainan.
Tapi harapan
dan kegembiraannya mendadak sirna ketika kandungannya justru sudah mencapai
usia sembilan bulan. Suatu keanehan dan keganjilan mendadak terjadi. Tiba-tiba
perutnya merasakan sakit dan mulas yang sangat. Suster dan dokter yang
ditugaskan khusus untuk membantunya melahirkan sudah merasa yakin bahwa waktu
melahirkan sudah tiba.
Lalu, dalam
keadaan terbaring di tempat tidur, mendadak ia melihat jelas iring-iringan
orang membawa perlengkapan bayi yang sungguh indah. Iring-iringan itu terus
berjalan ke arah Timur, seperti sedang menuju ke arah Gunung Lawu. Ia tergagap,
ketika iring-iringan itu mendadak hilang dari pandangannya. Dalam waktu
bersamaan pula, ia merasakan perutnya menjadi ringan, dan sangat ringan. Ia pun
terkejut, saat menyadari perutnya tidak lagi membesar, tapi sudah mengempes.
Ya, kandungannya mengempes. Kandungannya menghilang.
“Kemana
kandunganku? Kemana bayiku?” ia bertanya berulangkali. Tapi tidak seorang pun
yang berani menjawab. Dokter dan suster yang merawatnya juga tidak mampu
memberikan jawaban yang jelas. Semua tercengang. Semua takut, dan tak berdaya.
Untunglah
Raden Ayu Laksminto kemudian menyadari, bila Allah menghendaki, apa pun bisa
terjadi. Susuhunan sempat kecewa manakala dikabari peristiwa tersebut. Semula Susuhunan juga terkejut, tapi kemudian
ia sadar akan kemungkinan terjadinya hal-hal aneh seperti itu. Apalagi sebelumnya,
sang permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas juga pernah punya pengalaman yang
sama.
Ditunggui Sang Raja
Kebahagiaan di
hati RAy Laksminto Rukmi tidak berapa lama kemudian datang
lagi. Ia kembali hamil. Untuk kehamilannya
yang kedua ini ia benar-benar menjaganya dengan penuh hati-hati. Ia tidak ingin
kehilangan bayinya lagi. Hal yang sama ternyata dirasakan juga oleh Sri
Susuhunan. Bahkan ketika ia akan melahirkan, Susuhunan ikau menunggui.
Susuhunan tak sekadar datang menunggui, tapi juga memberi dorongan dan semangat
agar dirinya kuat dalam melahirkan.
Doanya dan doa
Susuhunan dikabulkan. Bayi lelaki yang dikandungnya lahir selamat. Tanpa
membuang waktu, Susuhunan langsung memberi nama sang bayi lelaki yang mungil
itu dengan nama Panji Anom.
Namun kebahagiaan
dan kegembiraan di hati RAy Laksminto Rukmi karena telah hadirnya seorang buah
hati tidak berlangsung lama . Ketika sedang lucu-lucunya di usia delapan bulan,
Panji Anom kemudian meninggal dunia. Ia berhari-hari meratapi kepergian sang
buah hati, yang merupakan buah kasihnya dengan Susuhunan itu. Hal yang sama
juga terjadi pada diri Susuhunan. Susuhunan tampak terpukul dan kecewa sekali.
Akan tetapi Susuhunan kemudian
dapat meredakan kekecewaan hatinya, setelah menyadari bahwa sebelumnya jauh-jauh
hari firasat itu sudah diterimanya. Susuhunan bercerita apa adanya kepada RAy
Laksminto Rukmi, beberaaa waktu menjelang Panji Anom dilahirkan ia sudah
menerima firasat itu. Seekor burung gagak besar datang ke Keraton dan kemudian
berbicara kepada Susuhunan. “Aku ini suruhan Sultan Agung. Puteramu yang
dikandung Ayu Laksminto Rukmi itu seorang lelaki, tetapi tidak akan berusia
lama,” kata burung gagak itu. Firasat itu mempu meredakan atau mengobati
kekecewaan di hati Susuhunan dan Raden Ayu Laksminto Rukmi.
(Sutirman Eka Ardhana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar