Suplemen (tambahan):
untuk Pertemuan ke-1
Kamera “Mammoth”
Panjangnya Lima Meter Lebih
PARA
pecinta fotografi di era digital ini telah mendapatkan banyak kemudahan. Dewasa
ini kamera bisa dengan mudah dibawa ke mana-mana. Ukurannya yang kecil dan
praktis membuat kamera tak perlu lagi dimasukkan ke dalam tas besar, tapi bisa
dimasukkan ke dalam saku celana saja. Tetapi, pernahkah Anda bayangkan betapa
repotnya para fotografer atau pecinta fotografi di tahun-tahun awal
perkembangan teknologi fotografi tersebut?
Sejarah
perjalanan fotografi tidak bisa lepas dari peran Al-Hazen, seorang ilmuwan
Arab. Pada abad ke-10, Al-Hazen sudah menjelaskan prinsip-prinsip tehnik
fotografi yang sederhana, melihat gerhana matahari melalui media ruangan gelap
yang di dalamnya terdapat lubang kecil. Prinsip-prinsip Al-Hazen itu kemudian
dikembangkan secara lebih detail lagi oleh Remerus Gemma-Frisius (1544),
seorang ahli fisika berkebangsaan Belanda. Apa yang dikemukakan Al-Hazen dan
kemudian dikembangkan Reinerus Gemma-Frisius itu kemudian terwujud di dalam
kamera yang disebut kamera abscura.
Sejak
prinsip-prinsip fotografi dinyatakan Al-Hazen di abad ke-10, kemudian diikuti
perkembangannya yang pesat pada abad ke-19, hingga hari ini fotografi tidak
pernah berhenti memainkan perannya bagi kepentingan kehidupan manusia.
Eksistensi fotografi yang semakin nyata bagi kehidupan manusia ini tidak bisa
lepas dari jasa dua orang Perancis, Nicephore Niepce dan Jacques Mande Daguerre
yang sejak 1811 telah berupaya menciptakan serta mengembangkan teknologi
fotografi tersebut.
Dari
tahun ke tahun fotografi terus berkembang. Tahun 1840 Fiedrich Voigtlander
berhasil membuat kamera metal yang pertama. Kemudian di tahun 1884, seorang
ilmuwan Amerika bernama George Eastman menemukan film fotografi yang
menggunakan seluloid yakni bahan plastik pertama buatan manusia. Seluloid ini
pertama kali ditemukan Alexander Parkes, ahli kimia Inggris, di tahun 1856.
Keberhasilan
Eastman tidak berhenti di situ. Tahun 1891, bersama mitra kerjanya Hannibal
Goodwin, ia telah memperkaya dunia fotografi lagi dengan memperkenalkan satu
rol film yang dimasukkan ke dalam kamera. Sebelum itu pada bulan Juni 1888,
Eastman telah memperkenalkan pula kamera berukuran kecil yang disebutnya kotak
“Kodak”.
Kamera Besar
Tapi
teknologi fotografi di masa itu masih belum menemukan tehnik pembesaran foto.
Kamera atau “Kodak” temuan Eastman hanya bisa menghasilkan foto atau gambar
dalam ukuran kecil saja. Sejumlah upaya pembesaran foto telah dilakukan, tapi
hasilnya mengecewakan. Gambarnya selalu kabur.
Para ilmuwan fotografi masa itu kemudian menemukan cara,
untuk membuat foto besar maka harus digunakan kamera yang besar pula.Hal itulah
yang kemudian dilakukan. Sekitar tahun 1900 sejumlah ilmuwan fotografi di
Amerika Serikat membuat kamera besar yang ukuran panjangnya lebih dari lima meter. Kamera
raksasa ini diberi nama “The Mammoth”.
Kamera "The Mammoth" (www.historiccamera)
Kamera
“The Mammoth” ini dibuat berdasarkan pesanan dari perusahaan kereta api
“Chicago and Alton Railroad Company”. Perusahaan kereta api itu ingin membuat
foto rangkaian kereta api mewah baru yang akan diluncurkan dalam ukuran besar.
Penggunaan
kamera “The Mammoth” untuk memotret kereta api mewah di stasiun kereta api itu
telah mengerahkan tenaga lebih dari duapuluhlima orang. Untuk membawa kamera
raksasa seberat 700 kilogram itu ke lokasi pengambilan gambar diperlukan
setidaknya tenaga sepuluh orang.
Kamera
itu ditempatkan di atas panggung yang terbuat dari kayu. Ketika kamera sudah di
atas panggung, diperlukan beberapa orang untuk siaga menjaga agar kamera tidak
terguling atau terjatuh dari atas panggung. Seorang bertugas sebagai pembidik
sekaligus pemejet tombol penutup rana, seorang lagi bertugas di lensa (cincin
lensa), dan ada juga yang bertugas untuk memberi aba-aba.
Sungguh,
betapa repotnya kala itu hanya untuk membuat gambar sebuah kereta api.
Sutirman Eka Ardhana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar