KISI-KISI UAS SINEMATOGRAFI - 2014
1. Film cerita
mempunyai berbagai jenis atau genre. Genre diartikan sebagai jenis film yang
ditandai oleh gaya,
bentuk atau isi tertentu.
Jenis-jenis film tersebut ada
yang disebut jenis film drama, film horror, film perang, film musical, film
koboi, film sejarah, film komedi, dan film fiksi ilmiah. Meskipun begitu
penggolongan jenis film tidaklah kaku atau ketat. Sebab sebuah film dapat saja
dimasukkan ke dalam beberapa jenis.
2.. Film
dokumenter adalah film noncerita yang selain mempunyai unsur fakta tetapi juga
mengandung unsur subyektifitas pembuatnya. Subyektifitas di dalam film
dokumenter merupakan pendapat, pandangan, sikap atau opini terhadap peristiwa
yang direkam.
Dengan demikian peran
pembuatnya (produser/sutradara) memiliki arti penting bagi keberadaan serta
keberhasilan proses pembuatan film dokumenter. Dalam film dokumenter, faktor
manusia (pembuat) mempunyai peran yang besar dan penting. Sebab persepsi
tentang suatu kenyataan atau realitas yang ada sangat bergantung pada
pembuatnya.
3. Film Pareh dinyatakan sebagai film Indonesia
pertama yang mendapat perhatian luas dan dipuji dari segi kualitas dan
ceritanya, sedang film Terang Boelan
yang diproduksi tahun 1937 merupakan film pertama yang terlaris dan sukses
secara bisnis di pasaran. Film ini mendapat sambutan hangat masyarakat pecinta
hiburan film ketika itu.
4. Sejarah
perjalanan pembuatan film cerita di Hindia Belanda diawali dengan diproduksinya
sebuah film berjudul “Loetoeng Kasaroeng”. Jika sejarah kelahiran bioskop
diawali di Batavia, maka sejarah kelahiran film
cerita di negeri kita diawali di kota Bandung pada tahun 1926.
Film cerita bisu pertama produksi Java Film Company yang mengangkat tentang
legenda di bumi Priangan itu merupakan karya bersama seorang Belanda bernama L.
Heuveldorp dan seorang Jerman bernama G. Kruger.
5. Film merupakan hasil karya
bersama atau hasil kerja kolektif. Dengan kata lain, proses pembuatan film
pasti melibatkan kerja sejumlah unsur atau profesi. Unsur-unsur yang dominan di
dalam proses pembuatan film antaralain: produser, sutradara, penulis skenario,
penata kamera (kameramen), penata artistik, penata musik, editor, pengisi dan
penata suara, aktor-aktris (bintang film), dan lain-lain.
6. Sutradara merupakan pihak
atau orang yang paling bertanggungjawab terhadap proses pembuatan film di luar
hal-hal yang berkaitan dengan dana dan properti lainnya. Karena itu biasanya
sutradara menempati posisi sebagai ‘orang penting kedua’ di dalam suatu tim
kerja produksi film.
Di
dalam proses pembuatan film, sutradara bertugas mengarahkan seluruh alur dan
proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah scenario ke dalam
aktivitas produksi. Sutradara bertanggungjawab menggerakkan semua unsur pekerja
(tim kerja) yang terlibat di dalam proses produksi film. Oleh karenanya,
berhasil atau tidaknya, bagus atau tidaknya suatu karya film yang diproduksi
berada di tangan sang sutradara.
Di
dalam tim kerja produksi film, sutradara memimpin Departemen Penyutradaraan.
7. Film mempunyai tiga nilai
penting ketika dihadirkan sebagai ‘tontonan’ ke publik atau masyarakat luas.
Ketiga nilai itu adalah nilai hiburan, nilai pendidikan dan nilai artistik.
Hampir semua film dalam beberapa hal bermaksud untuk menghibur, mendidik dan
menawarkan rasa keindahan kepada publik yang menontonnya. Film yang baik
tentunya film yang memiliki ketiga nilai penting tersebut. Seandainya ada film
yang hanya menampilkan nilai menghibur semata, tapi mengabaikan nilai mendidik
dan nilai artistiknya, tentunya film tersebut tidak layak disebut sebagai film
yang baik.
8. Nilai hiburan (menghibur)
sangat penting. Suatu film bisa dikategorikan sebagai film yang gagal atau
tidak berhasil bila sejak awal hingga akhir tayangannya tidak mampu mengikat
atau menarik perhatian penonton.
Nilai menghibur suatu film
tidak hanya sekadar membuat orang bahagia, senang, tertawa, tegang, bahkan
bergairah dalam menikmati sensasi gambar atau adegan demi adegan di dalam film
tersebut. Sebab, sesungguhnya hiburan yang lebih dalam tertuju kepada pikiran
maupun emosi penontonnya. Film dengan hiburan seperti itu biasanya memberikan
semacam renungan kepada penonton.
9. PROSES pembuatan film memiliki tiga tahapan
penting. Ketiga tahapan penting itu meliputi – praproduksi, produksi dan pascaproduksi.
Di dalam tahapan pra-produksi ada proses
pembuatan atau penyiapan script
breakdown.
Script
breakdown merupakan uraian tiap adegan
sesuai naskah skenario. Uraian tiap adegan itu dilengkapi sejumlah informasi
yang diperlukan dalam syuting (shooting).
Uraian-uraian dan informasi-informasi itu
ditulis atau disusun pada lembaran-lembaran kertas yang disebut script breakdown sheet.
Script
breakdown sheet memuat sejumlah informasi
yang meliputi – date, script version
date, production company, breakdown page no, title/no of episodes, page count,
location or set, scene no, int/ext, day/night, description, cast, wardrobe,
extras/atmosphere, make up/hair do, extras/silent bits, stunts/stand ins,
vehicles/animals, props-set dressing-greenery, sound effects/music,
security/teachers, special effects, estimated no. of set ups, estimated
production time, special equipment, production notes.
10. Tahapan produksi dalam proses pembuatan film merupakan tahapan yang
diisi dengan kegiatan-kegiatan syuting (shooting)
atau proses pengambilan (perekaman) gambar adegan demi adegan sesuai skenario
film. Aktivitas di dalam tahapan produksi ini merupakan tanggungjawab
Departemen Penyutradaraan.
Sebelum kegiatan syuting dilakukan, haruslah terlebih dulu ditetapkan
tentang dialog, perlunya musik, dan efek suara. Ketiga hal ini merupakan hal
penting bagi tata suara film.
Dan, dialog di dalam cerita film haruslah direkam. Proses perekaman
dialog dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, rekaman langsung (direct sound). Kedua, rekaman tidak
langsung (after recording).
Rekaman langsung adalah rekaman langsung pada saat syuting dilakukan.
Dialog-dialog para pemainnya saat memainkan perannya di dalam syuting film
tersebut direkam secara langsung.
Rekaman tidak langsung adalah proses perekaman suara atau dialog yang
dilakukan di dalam studio. Jadi, dialog-dialog para pemain yang diucapkan saat
syuting tidak direkam, karena suara atau dialog-dialog itu nantinya tidak akan
digunakan di dalam film. Suara atau dialog yang digunakan adalah yang direkam
di studio.
Biasanya suara yang direkam adalah suara pengisi suara.
(SEA)