Selasa, 19 November 2013

Pertemuan ke-8 MEMPRODUKSI FILM (I)





                                                            Foto: nilam-blog.blogspot.com





Pertemuan ke-8

MEMPRODUKSI FILM (I)

PROSES pembuatan film mempunyai tiga tahapan penting. Ketiga tahapan penting itu meliputi: praproduksi, produksi dan pascaproduksi.  
Untuk kelancaran atau keberhasilan produksi film, maka masing-masing tahapan harus dilalui secara tuntas dan berurutan. Sebelum masuk ke tahapan produksi, tahapan praproduksi harus diselesaikan atau dituntaskan terlebih dulu. Segala hal atau materi yang diperlukan di tahapan awal ini harus diselesaikan, sebelum kemudian melangkah masuk ke tahapan berikutnya. Hal ini sangat penting, sebab keberhasilan kerja di tahapan produksi sangat tergantung dengan keberhasilan kerja di tahapan praproduksi.

Praproduksi
Sebelum aktivitas praproduksi berlangsung, hal penting yang harus disiapkan terlebih adalah naskah cerita atau skenario cerita. Berbagai hal yang berkaitan dengan naskah cerita (skenario) harus tuntas terlebih dulu. Misalnya, tema cerita sudah ditentukan, asal mula naskah juga sudah dipastikan.
Asal mula naskah merupakan suatu hal yang penting untuk diselesaikan terlebih dulu. Asal mula naskah bisa berasal dari novel, cerita bersambung di koran atau majalah, cerpen, dan lainnya. Bila naskah cerita berasal dari novel, cerita bersambung dan cerpen, tentu harus ada kesepakatan terlebih dulu dengan penulis atau pengarangnya, apakah ia setuju jika karyanya itu difilmkan. Jika setuju tentu dilanjutkan dengan kesepakatan-kesepakatan (perjanjian) berikutnya. 
Bila persoalan asal mula naskah sudah selesai, maka tahapan berikutnya tentu proses mengalihkan cerita di naskah itu ke dalam skenario film. Tahapannya adalah mencari siapa penulis skenarionya.
Kemudian sejumlah aktivitas lainnya di tahapan praproduksi ini di antaranya mempersiapkan dan menyusun anggaran, mempersiapkan kru, menyusun tim produksi, mempersiapkan pemeran (pemain), membuat script breakdown, membuat jadwal syuting (shooting), dan lain-lain.
Persiapan utama lainnya yang harus memperoleh prioritas dalam tahapan praproduksi ini adalah menyediakan kantor produksi dengan segala sarananya, menyediakan peralatan syuting seperti kamera dan penunjangnya, serta mempersiapkan lokasi syuting.
Pemilihan lokasi syuting haruslah ditentukan dengan pertimbangan telah tersedianya sejumlah persyaratan yang diperlukan, seperti akses ke lokasi, keamanan, kondisi masyarakat sekitar dan lainnya.
Lantas, apa yang dimaksud dengan script breakdown?
Script breakdown merupakan uraian tiap adegan sesuai naskah skenario. Uraian tiap adegan itu dilengkapi sejumlah informasi yang diperlukan dalam syuting (shooting).
Uraian-uraian dan informasi-informasi itu ditulis atau disusun pada lembaran-lembaran kertas yang disebut script breakdown sheet.
Script breakdown sheet memuat sejumlah informasi yang meliputi – date, script version date, production company, breakdown page no, title/no of episodes, page count, location or set, scene no, int/ext, day/night, description, cast, wardrobe, extras/atmosphere, make up/hair do, extras/silent bits, stunts/stand ins, vehicles/animals, props-set dressing-greenery, sound effects/music, security/teachers, special effects, estimated no. of set ups, estimated production time, special equipment, production notes.
Berikut penjelasan tentang uraian atau informasi yang ada pada lembaran script breakdown sheet:
1.      Date – Di sini, cantumkan tanggal saat script breakdown sheet ini diisi.
2.      Script version date – Di sini tanggal yang dicantumkan adalah tanggal versi skenario yang dipakai untuk menyiapkan shooting.
3.      Production company – Cantumkan nama dan nomor telepon dari rumah produksi (production house) yang memproduksi film.
4.      Breakdown page no – Cantumkan nomor halaman dari lembar breakdown yang dibuat. Biasanya nomor halaman ini sama dengan nomor adegan. Kecuali bila dalam satu adegan dibutuhkan lebih dari satu lembar breakdown.
5.      Title/no of episodes – Di sini tuliskan judul film yang diproduksi. Jika yang diproduksi adalah film seri, film miniseri, atau sinetron, cantumkan juga nomor episode.
6.      Page count – Di sini cantumkan panjang atau porsi dari adegan dalam skenario yang diurai. Biasakan membagi tiap halaman skenario menjadi delapan bagian. Bila adegan yang diurai hanya mempunyai panjang 2/8 halaman, maka tulislah angka 2/8.
7.      Location or set – Di sini cantumkan lokasi sesuai dengan skenario. Hal ini perlu untuk mempermudah identifikasi antara satu adegan dengan adegan lainnya. Tapi perlu juga diingat, bahwa lokasi syuting bias saja berubah dari yang tertera di dalam skenario.
8.      Scene no – Cantumkan nomor adegan sesuai yang tercantum di dalam skenario.
9.      Int/ext – Bagian ini menandakan di mana suatu adegan terjadi. Int adalah untuk interior, artinya adegan dilakukan di dalam ruangan. Sedangkan ext adalah untuk exterior, yaitu adegan yang di luar ruangan.
10.  Day/night – Cantumkan waktu adegan. Day untuk siang hari. Night untuk malam hari.
11.  Description – Gambarkan kejadian spesifik yang ada di dalam adegan untuk mempermudah ingatan. Dengan cara ini tidak perlu lagi membuka-buka skenario untuk mengingat-ingat apa yang terjadi did ala, adegan.
12.  Cast – Tuliskan semua pemeran yang melakukan dialog (speaking parts), termasuk peran pendukung. Semuanya diurut sesuai pentingnya peran.
13.  Wardobe – Bagian ini khusus untuk mencatat pakaian yang dikenakan oleh pemeran adegan. Dan catatan ini diperlukan apabila ada pakaian khusus yang dipakai oleh pemeran, yang penyediaannya perlu biaya dan waktu khusus.
14.  Extras/atmosphere – Cantumkan jumlah orang-orang (crowd) yang dibutuhkan untuk mendukung suasana dalam sebuah adegan. Cantumkan berapa perempuan dewasa, anak perempuan, bayi, laki-laki dewasa, dan sebagainya. Catat juga apakah crowd serupa terdapat pada adegan-adegan lain, sehingga bisa dikelompokkan secara berkelanjutan.
15.  Make up/hair do – Cantumkan catatan khusus tentang tata rias dan tata rambut (hair do) untuk tiap peran dan crowd. Contohnya, - 3: efek penuaan di wajah 20 tahun lebih tua dibandingkan scene # 35. – Artinya, cast nomor 3, harus dirias dan ditata rambutnya sehingga menghasilkan wajah 20 tahun lebih tua disbanding penampilannya di scene 35.
16.  Extras/silent bits – Yang termasuk bagian ini adalah para pemeran yang tidak melakukan dialog yang tidak tergabung dalam crowd. Perlu dicatat adalah usia, penampilan fisik, tinggi badan, perawakan tubuh, dan sebagainya.
17.  Stunts/stand ins – Untuk melakukan beberapa adegan, dibutuhkan pemeran pengganti untuk adegan berbahaya (stunt) atau pemeran pengganti dengan mempertahankan wajah si pemeran utama (stand in).
18.  Vehicles/animals – Apabila ada kendaraan (vehicles) yang nanti tampak dalam gambar (frame), catat segala informasi tentang kendaraan tersebut di bagian ini, termasuk tahun, warna, jumlah, dan posisi kendaraan. Apabila film membutuhkan hewan (animals), pastikan apakah dibutuhkan pula pawang atau pelatih hewan. Jangan lupa siapkan transportasi dan akomodasi untuk pawang maupun pelatih hewan.
19.  Props, set dressing, greenery – Ketiganya merupakan bagian dari pekerjaan Departemen Artistik. Props adalah semua benda yang dipakai atau dibawa oleh cast dan extras. Props diurus oleh props master yang mesti memastikan bahwa props adegan satu dengan lainnya tetap sama. Set dressing merupakan tata lokasi (set) di mana lokasi syuting diatur dan dihias oleh seorang set dresser. Greenery adalah semua tanaman yang dipinjam, disewa atau dibeli karena tidak tersedia di lokasi.
20.  Sound effects/music – Beberapa adegan mungkin membutuhkan efek suara tertentu (sound effects) seperti suara sirene di kejauhan atau gemuruh kereta api yang melintas. Atau adegan di dalam film itu mungkin juga membutuhkan alunan musik, baik sebagai latar belakang maupun untuk dinyanyikan. Catat semuanya di bagian ini.
21.  Security/teachers – Untuk kelancaran syuting di suatu lokasi terkadang dibutuhkan juga bantuan tenaga keamanan (security). Untuk pemeran anak-anak terkadang dibutuhkan juga peran tenaga pengajar (teachers), misalnya untuk mengajari anak-anak tersebut berdialog dan lain-lainnya. Catatkan semuanya itu di bagian ini.
22.  Special effects – Catatkan di bagian ini semua keperluan akan efek khusus, seperti: ledakan, penghancuranj, peledakan, tata rias khusus, dan sebagainya.
23.  Estimated no. of  set ups – Di bagian ini cantumkan perkiraan tentang beberapa sudut pengambilan gambar (set up) untuk sebuah adegan. Untuk menentukan berapa set up yang dibutuhkan maka perlu berkoordinasi dengan sutradara.
24.  Estimated production time – setelah memastikan jumlah set up, perkirakan waktu yang diperlukan untuk menyiapkan set up dan merekam gambar setiap set up. Tuliskan total waktu untuk semua set up di bagian ini.
25.  Special equipment – Catat peralatan syuting khusus yang diperlukan, seperti steadycam, under water camera, car mounting, atau lensa tele.
26.  Production notes – Di sini dicatat semua keperluan yang belum tercatat pada bagian-bagian sebelumnya, serta membutuhkan waktu, tenaga dan biaya khusus.
                          (Lihat – Heru Effendi, Mari Membuat Film – Panduan
                            Menjadi Produser, Panduan)             
                                                   ***
                                                                                  (Sutirman Eka Ardhana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar